TIDUR
2
Tidur
sepertinya merupakan lawan kata ‘jaga’, namun kedua keadaan tersebut mempunyai banyak
kesamaan.Kita berpikir pada waktu kita tidur, seperti yang terjadi pada saat
mimpi, walaupun berpikir dalam mimpi berbeda dengan berpikir dalam keadaan
jaga.Kitapun membentuk ingatan pada waktu tidur, seperti yang kita tahu dari fakta
bahwa kita mengingat impian.
Para peneliti telah melihat ritme normal
pada waktu seseorang jaga dan tidur, kepulasan tidur seseorang pada waktu-waktu
yang berbeda di malam hari, serta faktor individu dan lingkungan yang
mempengaruhi tidur.
Ritme Sirkadian
Ritme Sirkadian
(circadian rhtyhm) adalah siklus perilaku atau fisiologis harian. Ritme
sirkadian harian mencakup siklus tidur/bangun, suhu tubuh, tekanan darah, dan kadar gula darah (Skene & Arendt, 2006).
Istilah circadian berasal dari kata
Latih circa yang berarti “sekitar” dan “dies”, yang berarti “hari”. Contohnya
suhu tubuh fluktuasi sekitar 3 derajat Fahrenheit dalam 24 jam sehari, memuncak
di sore hari dan paling rendah antara jam 2 dan 5 sore.
Banyak peneliti telah menemukan
bahwa perubahan dari hari ke malam dipantau oleh nukleus suprakiasmatik (suprachiasmatic nucleus-SCN), suatu struktur kecil di otak
yang menyelaraskan ritme tubuh sendiri dengan siklus terang dan gelap
berdasarkan masukan dari retina (Michel et al, 2006).Banyak orang yang buta
total mengalami masalah tidur sepanjang hidup mereka karena retina mereka tidak
dapat mendeteksi cahaya. Orang-orang ini mengalami jet lag permanen dan
insomnia periodik karena ritme srikadian mereka sering kali tidak mengikuti
siklus 24 jam (National of Neurobiological Disorders and Stroke, 2001)
Mengapa Kita Butuh
Tidur?
Tiap orang tidur, dan ketika kita
tidak cukup tidur, kita sering tidak berfungsi dengan baik,
secara fisik dan mental. Keuntungan penting dari tidur mencakup pengembalian
kondisi tubuh, adaptasi, pertumbuhan, dan ingatan.
Untuk mendukung fungsi pemulihan
tidur, banyak sel tubuh menunjukkan produksi yang meningkat dan berkurangnya
pemecahan protein selama tidur lelap (National Institute of Neurilogical
Disoders and Stroke, 2001). Molekul-molekul protein merupakan blok pembangun
yang dibutuhkan pertumbuhan sel dan untuk perbaikan teehadap kerusakan dari
berbagai faktor seperti stress. Banyak para ahli neurosains juga percaya bahwa
tidur memberikan kesempatan bagi saraf-saraf yang bekerja ketika kita terjaga
untuk dimatikan dan memperbaiki diri mereka sendiri (National Institute of
Neurological Disoders and Stroke, 2001). Tanpa tidur, saraf-saraf dapat
tersedot tenaganya atau terpolusi oleh produk sampingan aktivitas seluler
sehingga mulai mengalami kerusakan.
Sebagai tambahan atas fungsi
pemulihan, tidur memiliki fungsi adaptif evolusioner. Tidur juga
menguntungkan bagi pertumbuhan fisik dan meningkatkan perkembangan otak pada
bayi dan anak. Contohnya, tidur lelap terjadi bersamaan dengan pelepasan hormon
pertumbuhan pada anak (National Institute of Neurogical Disorders and Stroke,
2001). Kekurangan tidur menimbulkan stress, dan hormon stress dapat menganggu
pembentukan saraf-saraf di hipokampus: bagian otak yang sangat berkaitan dengan
ingatan (Mirescu, et al, 2006).
Jadwal Tidur
Dalam
waktu 6 bulan setelah kelahiran, jumlah waktu waktu tidur seorang bayi menurun
dari 16 jam sehari menjadi 13 jam sehari. Kebanyakan orang dewasa tidur
rata-rata 7,5 jam setiap malam, tetapi saat ini banyak yang berubah. Beberapa
orang berhasil tidur hanya 3 jam setiap malam, (Jones dan Oswald, 1968), dan
ada pula laporan yang menyatakan sebagian orang malah tidur kurang dari 3 jam.
Seorang wanita tua rata-rata tidur hanya 45 menit setiap malam.(Meddis, Pearson
dan Langford, 1973).
Tahapan Tidur
Penelitian
yang dimulai pada tahun 30-an (Loomis, Harvey dan Hobart, 1937) telah
menghasilkan teknik yang peka untuk mengukur kepulasan tidur seseorang dan
untuk mengukur bilamana mimpi terjadi (Dement dan Kleitman, 1957). Penelitian
ini menggunakan alat yang mengukur: (1) perubahan elektris pada kulit kepala yang
dihubungkan dengan aktivitas otak yang spontan selama waktu tidur, dan (2)
gerakan mata yang cenderung terjadi selama bermimpi. Grafik yang merekam
perubahan elektris, atau gelombang otak, dinamakan elektroencefalogram (electroencephalogram) atau EEG.
Tahapan tidur berhubungan dengan
banyak sekali perubahan elektrofisiologis yang terjadi di seluruh otak selagi
aktivitas listrik yang cepat, tidak beraturan, dan beramplitudo rendah berganti
dengan tidur lelap yang lambat, teratur, dan gelombang beramplitudo tinggi.
Menggunakan alat electroenchepalograph (EEG) untuk memantau aktivitas listrik
otak, para ilmuwan telah menemukan lima tahap tidur yang berbeda dan dua tahap
bangun.
Tahap 1-4
Tahap
1 : tidur ditandai dengan gelombang teta, yang frekuensinya lebih lambat dan
ampliudonya lebih besar daripada gelombang alfa. Perbedaan antara rileks dan
tidur tahap 1 bersifat perlahan.
Tahap
2 : gelombang teta melanjut, tetapi berbaur dengan karakter penting dari tidur
tahap 2, kumparan tidur (sleep spindles).
Keadaan ini melibatkan peningkatan yang tiba-tiba dalam frekuensi gelombang
(Fogel & Smith, 2006). Tahap 1 dan 2 merupakan tahap tidur ringan, dan bila
seseorang dibangunkan pada tahap tidur ini, mereka sering kali melaporkan tidak
sedang tidur sama sekali.
Tahap
3 dan tahap 4 : tidur ditandai dengan gelombang delta, gelombang paling lambat
dengan aplitudo paling tinggi semasa tidur. Dua tahap ini sering dirujuk
sebagai tidur delta. Tidur delta merupakan tidur kita yang paling lelap, waktu
saat gelombang otak kita paling tidak seperti gelombang otak ketika terjaga.
Bila mereka dibangunkan dari tidur tahap ini, mereka biasanya bingung dan
kehilangan orientasi.
Tidur REM.
Setelah
melewati tahap tidur 1-4, seseorang yang sedang tidur bergerak dari tahap tidur
ke arah bangun dan masuk kembali ke tahap 5, bentuk tidur yang berbeda disebut
tidur REM (gerakan cepat mata-rapid eye movement) (Dan & Boyd, 2006). Tidur REM adalah tahap aktif dari tidur
di mana mimpi terjadi.Tidur Rapide Eye Movement (REM),tidur dimana 20% terjadi
dari total waktu tidur orang dewasa dimalam hari,yang ditandai dengan
detakjantung yang menigkat,aliran darah semakin cepat dan nafas tidak
beraturan. Tidur REM selalu disertai dengan mimpi yang mana-orang tersebut
dapat mengingatnya atau tidak-merupakan pengalaman yang dialami setiap orang
ketika mereka sedang tidur pada malam hari. mimpi biasanya sering
muncul pada periode REM,dimana mimpi tersebut
memberikan gambaran hidup dan mudah untuk di ingat. Selain itu, tidur
REM dapat berperan dalam belajar,dan mengingat,membiarkan kita mengingat ulang
setiap informasi dan perasaan emosional
yang kita dapatkan tiap harinya.
Tahap
1-4 dirujuk sebagai tidur non REM. Tidur
non-REM ditandai dengan kurangnya gerakan mata yang cepat dan sedikit mimpi.
Seseorang yang terbangun ketika tidur REM lebih sering melaporkan telah
bermimpi daripada bila dibangunkan di tahap tidur yang lain (Ogawa, Nittono,
& Hori, 2005)
Grafik Tidur
GANGGUAN TIDUR
Tidur
berperan dalam banyak pemyakit dan gangguan (Costa & Silva, 2006). Tidur
juga diasosiasikan dengan karakteristik dan pemyakit jantung (Plante, 2006).
Saraf-saraf yang mengendalikan tidur berinteraksi erat dengan sistem kekebalan
tubuh (Lange et al, 2006) dan ketika tubuh kita memerangi infeksi, sel-sel kita
menghasilkan substansi yang membuat kita mengantuk. Individu dengan keluhan
depresi sering kali mengalami masalah tidur.
Gangguan Tidur
Banyak orang menderita gangguan tidur yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani yang membuat mereka harus bergelut melewati hari mereka, mereka tidak termotivasi, dan merasa lelah (Calpepper, 2005; Ekstedt et al, 2006). Beberapa masalah tidur yang besar adalah insomnia, berjalan dalam tidur dan mengigau, mimpi buruk dan teror malam, narkolepsi, dan apnea tidur.
Banyak orang menderita gangguan tidur yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani yang membuat mereka harus bergelut melewati hari mereka, mereka tidak termotivasi, dan merasa lelah (Calpepper, 2005; Ekstedt et al, 2006). Beberapa masalah tidur yang besar adalah insomnia, berjalan dalam tidur dan mengigau, mimpi buruk dan teror malam, narkolepsi, dan apnea tidur.
Insomnia: Masalah tidur yang umum adalah insomnia, ketidakmampuan
untuk tidur. Insomnia dapat mencakup kesulitan untuk tertidur, terbangun di
malam hari, atau terbangun terlalu dini. Biasanya terjadi pada perempuan dan
dewasa lanjut, juga pada individu yang kurus, stres, atau depresi. (Johnson
&, Roth, & Breslau, 2006).
Mimpi Buruk
dan Teror Malam : Mimpi buruk (nightmare) adalah mimpi
mengerikan yang membangunkan pemimpi dari tidur REM (Zadra, Pilon, &
Donderi, 2006). Isi mimpi buruk berkisar pada bahaya pemimpi dikejar-kejar,
dirampok, dibunuh, atau dilempar ke jurang. Mimpi buruk merupakan hal yang
lazim dan banyak dari kita yang mengalaminya terutama ketika masih kanak-kanak.
Teror malam (nightmare) ditandai oleh rangsangan tiba-tiba dalam tidur oleh
rasa takut yang sangat kuat.
Apnea Tidur : Apnea tidur (sleep apnea) adalah gangguan tidur di mana
individu berhenti bernapas ketika lubang angin gagal membuka, atau karena
proses otak yang terkait dengan pernapasan gagal bekerja selayaknya. Biasanya
orang yang mengalami apnea tidur mengalami beberapa kali terbangun singkat pada
malam hari agar mereka dapat kembali bernapas, walaupun mereka biasanya tidak
awas terhadap keadaan bangun mereka.
Gangguan tidur di malam hari dialami oleh lebih sedikit orang, tetapi sangat mengganggu/menyulitkan mereka. Dalam suatu penelitian yang besar pada orang-orang dewasa , 6% dari percontoh pria dan 14% dari wanita mengeluh bahwa mereka sering atau malah sangat sering mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur nyenyak di sepanjang malam (Kripke dan Simons, 1976). Seorang peneliti yang menangani 141 orang yang mengalami sukar tidur menemukan bahwa masalah medik atau kejiwaan (medical or psycologycal problems) merupakan penyebab bagi kebanyakan gangguan tidur.
Gangguan tidur di malam hari dialami oleh lebih sedikit orang, tetapi sangat mengganggu/menyulitkan mereka. Dalam suatu penelitian yang besar pada orang-orang dewasa , 6% dari percontoh pria dan 14% dari wanita mengeluh bahwa mereka sering atau malah sangat sering mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur nyenyak di sepanjang malam (Kripke dan Simons, 1976). Seorang peneliti yang menangani 141 orang yang mengalami sukar tidur menemukan bahwa masalah medik atau kejiwaan (medical or psycologycal problems) merupakan penyebab bagi kebanyakan gangguan tidur.
Dua gangguan tidur yang relatif
jarang dialami tetapi cukup berat adalah narcolepsy dan apnea; kedua gangguan
ini ditandai oleh tidak adanya penguasaan diri pada saat perulaan tidur.
Seorang penderita narcolepsy dapat
tertidur ketika sedang menulis surat, mengendarai mobil, atau bercakap-cakap.
Biasanya, waktu tidur yang singkat dan mendadak dalam narcolepsy diiringi
dengan pendorongan otot (mascular
relaxation); orang tersebut mungkin hanya mengangguk atau roboh.Namun,
penderita narcolepsy dapat melanjutkan perilaku otomatik yang mereka lupakan
kemudian, seperti mengendarai mobil sejauh bermil-mil tanpa kecelakaan.
Dalam apnea, seseorang akan berhenti bernafas ketika tidur. Penderita
apnea mesti terjaga berkali-kali di sepanjang malam agar dapat bernafas,
walaupun mereka tidak menyadarinya. Gangguan apnea merupakan hal yang umum di
antara individu usia lanjut; diperkirakan 1/3 dari penderita gangguan ini
berumur diatas 65 (Ancoli-Israel, 1981).
Apnea dan narcolepsy menunjukkan
bahwa sistem kontrol yang kompleks, baik secara sengaja maupun tidak sengaja
terlibat dalam tidur.
Kurang Tidur(Sleep Deprivation)
Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa efek kurang tidur yang paling ajeg adalah rasa
kantuk, ingin tidur, dan kecenderungan untuk tidur dengan mudah (Dement,
1976).Subjek yang tetap tidak tidur selama 50 jam atau lebih menunjukkan
tidak lebih dari “kurangnya perhatian sementara”, kerancuan, atau salah
persepsi (Webb, 1975). Bahkan waktu tidur melampaui 4 hari akan menghasilkan
gangguan perilaku yang berat. Dalam suatu penelitian di mana subjek tidak tidur
selama 264 jam (11 hari 11 malam), tidak ditemukan reaksi yang
menyimpang.(Gulevich, Dement dan Johnson, 1966).Kegiatan intelektual seperti
menjawab pertanyaan tes pendek tampaknya tidak terpengaruh oleh kurangnya tidur
selama beberapa hari.
Pengaruh Kurang Tidur
Kronis
Kekurangan
tidur sangat berpengaruh dan membuat tubuh kita stress (Goh et al, 2001) dan
tentu saja, otak kita. Penelitian menggunakan fMRI telah menunjukkan bahwa
ketika kurang tidur, otak harus mengkompensasinya dengan menggunakan jalur lain
untuk kerja kognitif (Drummond et al, 2005) dan bahwa imteraksi antara berbagi
wilayah otak terlihat berbeda ketika memecahkan masalah (Strickgold et al,
2006).
Kurang
tidur juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama yang berhubungan
dengan rencana tidak terduga, rencana, inovasi, revisi rencana, dan komunikasi
efektif (Harisson & Horne, 2000).
Berikut adalah video proses tidur manusia
Jika kalian ingin melihat materi psikologi lainnya, silahkan kunjungi link berikut ini yaahh!!!
Sumber :
1. S.
Feldman, Robert. 2010. Psychology and
Your Life. New York : The McGraw-Hill B ook Companies.
2. A.
King, Laura. 2012. Psikologi Umum :
Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1 Diterjemahkan
oleh Brian Marwensdy. Jakarta : Salemba
Humanika.
0 komentar:
Posting Komentar