Motivasi merupakan proses yang memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Perspektif
mengenai Motivasi
Terdapat empat perspektif psikologis dasar mengenai motivasi, yaitu behavioral,
humanistis, kognitif, dan sosial.
- Perspektif Behavioral. Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insektif merupakan peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Insektif tersebut dapat berupa nilai yang baik, memberikan pujian ataupun bintang bagi siswa yang aktif, dan sebagainya.
- Perspektif Humanistis. Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (berupa peka terhadap orang lain). Perspektif humanistis menurut Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki kebutuhan tersebut adalah.
Fisiologis
:
lapar, haus, tidur
Keamanan
(safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang
dan kejahatan
Cinta
dan rasa memiliki : keamanan (security), kasih sayang,
dan perhatian dari orang lain
Harga
diri
: menghargai diri sendiri
Aktualisasi
diri
: realisasi potensi diri
Aktualisasi
diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri
secara penuh sebagai manusia.
- Perspektif Kognitif. Perspektif ini memfokuskan diri pada motivasi internal untuk meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif, dan dapat menentukan tujuan, merencanakan, dan memonitoring kemajuan mereka ke arah tujuan. Perspektif kognitif muncul dengan konsep motivasi kompetensi yang merupakan gagasan R. W. White, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.
- Perspektif Sosial. Perspektif ini menekankan perlunya kebutuhan afilasi atau keterhubungan, yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman yang membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
MOTIVASI
UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi
Ekstrinsik dan Intrinsik
- Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ini dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
- Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Determinasi
Diri dan Pilihan Personal
Dalam pandangan ini, murid percaya bahwa
mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau
imbalan eksternal.
Pengalaman
Optimal
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk
mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa pengalaman
optimal kebanyakan terjadi ketika individu merasa mampu menguasai dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas dan pengalaman optimal
dapat terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak
terlalu sulit tetapi juga tak terlalu mudah.
Imbalan
Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Imbalan yang diberikan ketika murid melakukan suatu tugas digunakan
sebagai insentif yang menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan oleh
imbalan eksternal, bukan motivasi dalam diri murid untuk menjadi pintar.
Pergeseran
Developmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan Instrinsik
Para periset telah menemukan bahwa saat murid
berpindah dari SD ke SMP dan SMA, motivasi intrinsik mereka terus menurun,
terutama saat mereka memasuki dan menempuh pendidikan SMP. Alasan mereka adalah karena sekolah identik
dengan hal yang membosankan dan tidak relevan. Konsep kesesuaian
lingkungan-person menimbulkan perhatian pada kurangnya kesesuaian antara minat
remaja pada kemandirian dan kontrol dan peraturan sekolah yang makin ketat, yang
menyebabkan evaluasi dan sikap negatif terhadap sekolah.
Proses
Kognitif Lainnya
Atribusi.
Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka
memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk
menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Tiga dimensi atribusi menurut Weiner.
- Lokus, yaitu persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dari faktor internal atau eksternal yang memengaruhi harga diri murid
- Stabilitas, merupakan persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang memengaruhi ekspetasi kesuksesannya
- Daya kontrol, adalah persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab berhubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa kasihan, dan malu
Motivasi
untuk Menguasai
Konsep ini berkaitan erat dengan ide
mengenai motivasi intrinsik dan atribusi.
Orientasi menguasai (mastery) akan fokus pada tugas daripada kemampuan
mereka, memiliki sikap positif/menantang, dan menciptakan strategi berorientasi
solusi yang meningkatkan kinerja mereka.
Orientasi tak berdaya (helpness) berfokus pada ketidakmampuan personal
mereka, sering kali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya
kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif.
Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif.
Penentuan
Tujuan, Perencanaan, dan Monitoring Diri
Menentukan tujuan yang spesifik, jangka pendek dan
menantang akan bermanfaat bagi kecakapan diri dan prestasi murid. Dweck dan
Nicholls mendefinisikan tujuan dari segi fokus yang berhubungan dengan prestasi
langsung dan definisi sukses. Meskipun perencana yang baik berarti mampu
mengelola waktu secara efektif, menentukan prioritas, dan mampu menata.
Monitoring diri adalah aspek utama dari pembelajaran dan prestasi
Kecemasan
dan Prestasi
Kecemasan
(anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang
tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Kecemasan pada beberapa murid mengalami tingkat kecemasan yang tinggi,
dan dapat mengganggu kemampuan mereka dalam berprestasi. Hal ini terjadi karena
orang tua membebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak
mereka
MOTIVASI,
HUBUNGAN, DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
Motif
Sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dipelajari
melalui pengalaman dengan dunia sosial. Kebutuhan
untuk afiliasi atau keterhubungan, yaitu
melibatkan motif untuk merasa aman dalam berhubungan dengan orang lain,
yakni dengan menjalin, memelihara, dan memulihkan hubungan yang hangat dan
personal.
Hubungan
Sosial
Orang
Tua
Karakteristik demografis (seperti level
pendidikan, waktu kerja, dan struktur keluarga). Orang tua dengan pendidikan
yang lebih tinggi akan mungkin melibatkan diri mereka dalam pendidikan anaknya.
Praktik pengasuhan anak ,seperti
penyediaan jumlah tantangan dan memberikan motivasi dan dukungan yang tepat
pada anak.
Penyediaan pengalaman spesifik di rumah
,seperti memberi materi bacaan pada anak dan mengajarkan anak dalam membaca.
Teman
Sebaya.
Teman sebaya dapat memengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial,
kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman
sebaya.
Guru.
Dalam
suatu penelitian, apabila murid yang memiliki gurunyang suportif dan perhatian
akan lebih termotivasi untuk belajar ketimbang murid yang merasa punya guru
yang tidak suportif dan tidak perhatian. Motivasi murid akan bertambah ketika
guru memberikan tugas yang menantang dalam lingkungan yang mendukung proses
penguasaan materi.
Guru
dan Orang Tua. Salah satu aspek penting untuk menguatkan
motivasi murid adalah mengajak orang tua menjadi mitra dalam pendidikan
anaknya, saling bekerja sama dengan guru.
Konteks
Sosiokultural
Status
Sosioekonomi dan Etnisitas
Permasalahan penting bagi guru dan murid adalah
harus mengenali diversivitas prestasi yanh ada dalam setiap kelompok kultual,
dan untuk membedakan antara perbedaan dan defisiensi (kekurangan). Guru harus
mengenali dan menghargai diversitas di dalam kelompok kultural dan harus
membedakan antara pengaruh status sosioekonomi dengan pengaruh etnis. Kualitas
sekolah bagi banyak murid miskin lebih rendah dibandingkan murid kelas menengah
ke atas.
Gender
Perbedaan gender dalam prestasi berkaitan dengan
keyakinan dan nilai. Perhatian utama adalah perbedaan gender dalam interaksi
guru-murid, dimana guru lebih memperhatikan murid laki-laki dibandingkan murid
perempuan, tetapi murid perempuan mendapat nilai yang lebih tinggi daripada
murid laki-laki, perhatian utama lainnya adalah masalah kurikulum dan isi,
pelecehan seksual, dan pengurangan bias gender.
MURID
BERPRESTASI RENDAH DAN SULIT DIDEKATI
Murid
yang Tidak Bersemangat, murid jenis ini mencakup:
- Murid Berprestasi Rendah dengan Ekspektasi Kesuksesan yang Rendah. Murid ini membutuhkan bantuan dan dukungan, tetapi dia juga perlu diingatkan bahwa kemajuan akan diakui sepanjang sudah dilakukan upaya riil
- Murid dengan Sindrom Kegagalan. Murid ini memiliki ekspektasi rendah untuk sukses dan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan di awal. Murid dengan jenis ini sering kali menjalankan tugas dengan setengah hati dan cepat menyerah saat pertama kali menghadapi kesulitan. Strategi yang dapat untuk meningkatkan motivasi murid ini, adalah metode pelatihan ulang (retraining) kognitif, dan training strategi
- Murid yang Termotivasi untuk Melindungi Harga Dirinya dengan Menghindari Kegagalan. Beberapa strategi murid jenis ini dalam menghindari kegagalan adalah, tidak mau mencoba, berpura-pura, menunda-nunda, menentukan tujuan yang tak terjangkau, dan murid mengakui kelemahannya. Strategi yang dapat dilakukan untuk membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga diri dan menghindari kegagalan adalah aktivitas yang menarik, menentukan tujuan yang menantang tetapi dapat diraih, memperkuat hubungan antara harga diri dan usaha, punya keyakinan positif terhadap kemampuan mereka sendiri, dan hubungan guru-murid yang positif.
Murid
yang Tidak Tertarik atau Teralienasi (Terasing)
Murid jenis ini adalah murid yang apatis, tidak
tertarik belajar, dan menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah. Dibutuhkan
strategu usaha terus menerus untuk
mengubah sikap mereka. Strategi yang dapat digunakan pada murid seperti ini
adalah membangun hubungan yang positif dengan murid tersebut memberikan
perhatian saat mereka sudah mulai gelisah dikelas, membuat sekolah menjadi
lebih menarik bagi mereka, strategi belajar yang menyenangkan, dan
mempertimbangkan penggunaan mentor dari komunitas atau murid yang lebih tua
sebagai orang pendukung bagi murid.
0 komentar:
Posting Komentar