Assalamualaikum :) This is my journal, my activities and experiences, as well as writing science.

Selasa, 04 April 2017

Posted by Saras Gusvita on 00.45 with No comments
Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Perspektif mengenai Motivasi
Terdapat empat perspektif psikologis  dasar mengenai motivasi, yaitu behavioral, humanistis, kognitif, dan sosial.

  • Perspektif Behavioral. Perspektif ini menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insektif merupakan peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid.  Insektif tersebut dapat berupa nilai yang baik, memberikan pujian ataupun bintang bagi siswa yang aktif, dan sebagainya.  
  • Perspektif Humanistis. Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (berupa peka terhadap orang lain). Perspektif humanistis menurut Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki kebutuhan tersebut adalah.

Fisiologis : lapar, haus, tidur
Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
Cinta dan rasa memiliki : keamanan (security), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain
Harga diri : menghargai diri sendiri
Aktualisasi diri : realisasi potensi diri
Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.

  •  Perspektif Kognitif. Perspektif  ini memfokuskan diri pada motivasi internal untuk meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara  efektif, dan dapat menentukan tujuan, merencanakan, dan memonitoring kemajuan mereka ke arah tujuan. Perspektif kognitif muncul dengan konsep motivasi kompetensi  yang merupakan gagasan R. W. White, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. 
  • Perspektif Sosial. Perspektif ini menekankan perlunya kebutuhan afilasi atau keterhubungan, yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman yang membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
  • Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ini dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. 
  • Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
Determinasi Diri dan Pilihan Personal
Dalam pandangan ini, murid percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.

Pengalaman Optimal
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika individu merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas dan pengalaman optimal dapat terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tak terlalu mudah.

Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Imbalan yang diberikan ketika murid melakukan suatu tugas digunakan sebagai insentif yang menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan oleh imbalan eksternal, bukan motivasi dalam diri murid untuk menjadi pintar.

Pergeseran Developmental dalam Motivasi Ekstrinsik dan Instrinsik
Para periset telah menemukan bahwa saat murid berpindah dari SD ke SMP dan SMA, motivasi intrinsik mereka terus menurun, terutama saat mereka memasuki dan menempuh pendidikan SMP.  Alasan mereka adalah karena sekolah identik dengan hal yang membosankan dan tidak relevan. Konsep kesesuaian lingkungan-person menimbulkan perhatian pada kurangnya kesesuaian antara minat remaja pada kemandirian dan kontrol dan peraturan sekolah yang makin ketat, yang menyebabkan evaluasi dan sikap negatif terhadap sekolah.

Proses Kognitif Lainnya
Atribusi. Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Tiga dimensi atribusi menurut Weiner.
  1. Lokus, yaitu persepsi murid tentang kesuksesan atau kegagalan sebagai akibat dari faktor internal atau eksternal yang memengaruhi harga diri murid 
  2. Stabilitas,  merupakan persepsi murid terhadap stabilitas dari suatu sebab yang memengaruhi ekspetasi kesuksesannya 
  3. Daya kontrol,  adalah persepsi murid tentang daya kontrol atas suatu sebab berhubungan dengan sejumlah hasil emosional seperti kemarahan, rasa bersalah, rasa kasihan, dan malu
Motivasi untuk Menguasai
Konsep ini berkaitan erat dengan ide mengenai motivasi intrinsik dan atribusi. Orientasi menguasai (mastery) akan fokus pada tugas daripada kemampuan mereka, memiliki sikap positif/menantang, dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Orientasi tak berdaya (helpness) berfokus pada ketidakmampuan personal mereka, sering kali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif.

Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif.

Penentuan Tujuan, Perencanaan, dan Monitoring Diri
Menentukan tujuan yang spesifik, jangka pendek dan menantang akan bermanfaat bagi kecakapan diri dan prestasi murid. Dweck dan Nicholls mendefinisikan tujuan dari segi fokus yang berhubungan dengan prestasi langsung dan definisi sukses. Meskipun perencana yang baik berarti mampu mengelola waktu secara efektif, menentukan prioritas, dan mampu menata. Monitoring diri adalah aspek utama dari pembelajaran dan prestasi

Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan (anxiety)  adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.  Kecemasan pada beberapa murid mengalami tingkat kecemasan yang tinggi, dan dapat mengganggu kemampuan mereka dalam berprestasi. Hal ini terjadi karena orang tua membebankan standar prestasi yang tidak realistis pada diri anak mereka
MOTIVASI, HUBUNGAN, DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
Motif Sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dipelajari melalui pengalaman dengan dunia sosial. Kebutuhan untuk afiliasi atau keterhubungan, yaitu melibatkan motif untuk merasa aman dalam berhubungan dengan orang lain, yakni dengan menjalin, memelihara, dan memulihkan hubungan yang hangat dan personal.

Hubungan Sosial
Orang Tua
Karakteristik demografis (seperti level pendidikan, waktu kerja, dan struktur keluarga). Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan mungkin melibatkan diri mereka dalam pendidikan anaknya.
Praktik pengasuhan anak ,seperti penyediaan jumlah tantangan dan memberikan motivasi dan dukungan yang tepat pada anak.
Penyediaan pengalaman spesifik di rumah ,seperti memberi materi bacaan pada anak dan mengajarkan anak dalam membaca.

Teman Sebaya. Teman sebaya dapat memengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama, dan pengaruh kelompok teman sebaya. 

Guru. Dalam suatu penelitian, apabila murid yang memiliki gurunyang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar ketimbang murid yang merasa punya guru yang tidak suportif dan tidak perhatian. Motivasi murid akan bertambah ketika guru memberikan tugas yang menantang dalam lingkungan yang mendukung proses penguasaan materi.

Guru dan Orang Tua. Salah satu aspek penting untuk menguatkan motivasi murid adalah mengajak orang tua menjadi mitra dalam pendidikan anaknya, saling bekerja sama dengan guru.

Konteks Sosiokultural
Status Sosioekonomi dan Etnisitas
Permasalahan penting bagi guru dan murid adalah harus mengenali diversivitas prestasi yanh ada dalam setiap kelompok kultual, dan untuk membedakan antara perbedaan dan defisiensi (kekurangan). Guru harus mengenali dan menghargai diversitas di dalam kelompok kultural dan harus membedakan antara pengaruh status sosioekonomi dengan pengaruh etnis. Kualitas sekolah bagi banyak murid miskin lebih rendah dibandingkan murid kelas menengah ke atas.

Gender
Perbedaan gender dalam prestasi berkaitan dengan keyakinan dan nilai. Perhatian utama adalah perbedaan gender dalam interaksi guru-murid, dimana guru lebih memperhatikan murid laki-laki dibandingkan murid perempuan, tetapi murid perempuan mendapat nilai yang lebih tinggi daripada murid laki-laki, perhatian utama lainnya adalah masalah kurikulum dan isi, pelecehan seksual, dan pengurangan bias gender.

MURID BERPRESTASI RENDAH DAN SULIT DIDEKATI
Murid yang Tidak Bersemangat, murid jenis ini mencakup:

  1. Murid Berprestasi Rendah dengan Ekspektasi Kesuksesan yang Rendah. Murid ini membutuhkan bantuan dan dukungan, tetapi dia juga perlu diingatkan bahwa kemajuan akan diakui sepanjang sudah dilakukan upaya riil 
  2. Murid dengan Sindrom Kegagalan. Murid ini memiliki ekspektasi rendah untuk sukses dan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan di awal. Murid dengan jenis ini sering kali menjalankan tugas dengan setengah hati dan cepat menyerah saat pertama kali menghadapi kesulitan. Strategi yang dapat untuk meningkatkan motivasi murid ini, adalah metode pelatihan ulang (retraining) kognitif, dan training strategi 
  3. Murid yang Termotivasi untuk Melindungi Harga Dirinya dengan Menghindari Kegagalan. Beberapa strategi murid jenis ini dalam menghindari kegagalan adalah, tidak mau mencoba, berpura-pura, menunda-nunda, menentukan tujuan yang tak terjangkau, dan murid mengakui kelemahannya. Strategi yang dapat dilakukan untuk membantu murid mengurangi kesibukannya melindungi harga diri dan menghindari kegagalan adalah aktivitas yang menarik, menentukan tujuan yang menantang tetapi dapat diraih, memperkuat hubungan antara harga diri dan usaha, punya keyakinan positif terhadap kemampuan mereka sendiri, dan hubungan guru-murid yang positif.
Murid yang Tidak Tertarik atau Teralienasi (Terasing)
Murid jenis ini adalah murid yang apatis, tidak tertarik belajar, dan menjauhkan diri dari pembelajaran sekolah. Dibutuhkan strategu  usaha terus menerus untuk mengubah sikap mereka. Strategi yang dapat digunakan pada murid seperti ini adalah membangun hubungan yang positif dengan murid tersebut memberikan perhatian saat mereka sudah mulai gelisah dikelas, membuat sekolah menjadi lebih menarik bagi mereka, strategi belajar yang menyenangkan, dan mempertimbangkan penggunaan mentor dari komunitas atau murid yang lebih tua sebagai orang pendukung bagi murid.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Pages

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Total Tayangan Halaman

Like on Facebook

Weather

Breaking News

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Formulir Kontak



Followers

Date

Time

More Services

Blogger templates

Blogroll

About

Blogroll

Popular Posts

Copyright © Psychology Note | Powered By Blogger | Published By Gooyaabi Templates
Design by Carolina Nymark | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com